• Liputan Sunday Jazz #67

    Bandung, House of Embargo, 25 Mei 2014.
    Wedding Mafia, Albert Suriadi Trio, Satura feat. Agis Kania, Tesla Manaf dan Isola Jazz.

    Oleh: Andha KP, Sri Salya dan Yuni Salya

    Header


    Minggu 25 Mei 2014, Klab Jazz kembali menyelenggarakan Sunday Jazz ke-67. Kali ini mengambil tempat di House of Embargo, Jl. Tamansari no. 88 Bandung. Ini adalah kali pertama Sunday Jazz diselenggarakan di House of Embargo.  Setelah sebelumnya sempat diselenggarakan di beberapa tempat berbeda di Bandung; Potluck Kitchen, Ruang Putih, Plaza Dago, Plate for Me, dan Bober Tropica.

    #67 Wedding Mafia

    Acara malam ini dibuka oleh penampilan Wedding Mafia; Andre Mangunsong pada piano/keyboard, Arie Black pada drums, Harrits (bass), dan Ibnu (saxophone). Lagu pertama dibuka dengan “Midnight Rendezvous” dari  Casiopea. Lalu pada lagu ke-dua vokalis cantik Syafiera Prami naik keatas panggung, mereka membawakan sebuah karya George Duke yang berjudul “Sweat Baby”. Disusul kemudian dengan “Something Something” karya pemusik r&b Maxwell. Penampilan mereka malam itu ditutup dengan sebuah lagu yang berjudul “La Bikina” dari Jazz Rock Venom. Lagu ini berasal dari Meksiko. Wedding Mafia memainkannya dengan versi lebih nge’pop.

    #67 Albert Suriadi Trio 2

    Penampil kedua dari Sunday Jazz malam ini adalah Albert Suriadi Trio. Mereka terdiri dari Albert Suriadi pada drums, Okki Jatikusumah pada guitar, dan Ferry Herianto pada bass. Dibuka oleh satu nomor ciamik dari Ahmad Jamal bertitel “But Not For Me”, lagu popular aransemen George Gershwin, yang memang banyak mengaransemen lagu-lagu jazz standard. Penampilan mereka berhasil memancing tepuk-tangan riuh dari kalangan pengunjung House of Embargo malam itu. Dilanjutkan kemudian dengan beberapa komposisi bebop/straight-ahead, “Sandu” (Cliffford Brown), “Pent Up House” (Sonny Rollins), dan “If I Were A Bell” (Frank Loesen). Grup ini memang kental dalam memainkan bebop, straight-ahead. Sound bass dan drums mengalir mengiringi harmoni dan melodi pada gitar.  Mereka bermain penuh improvisasi, dan tempo yang cenderung cepat. Jenis jazz ini belum memasyarakat, khususnya di kalangan penonton House of Embargo yang notabene berusia 20an yang cenderung lebih familiar dengan funk, fusion, dan semacamnya. Namun bagi mereka yang maniak dengan pure jazz, Albert Suriadi Trio mewakili rasa haus mereka akan live musik jazz yang sarat improvisasi. Tidak hanya bebop dan straight-ahead, diakhir penampilan mereka membawakan pula musik bernuansa latin, “Recorda Me” ( Joe Henderson). Gema riuh penonton kembali menghiasi House of Embargo dikala mereka mendengar musik yang membuat mereka menggoyangkan badan.

    #67 Satura & Agis 2
    Penampil ke-tiga adalah Satura feat. Agis Kania. Duo gitar, Opik Bape dan Arif Ginandjar bermain gypsy jazz membuat riuh sorak tepuk tangan penonton. Permainan duo gitar bertajuk “Tiger Rag” (Art Tatum), “Cezar Swing”, dan jazz standard popular, “Sweet Georgia Brown”, mereka bawakan dengan apik. Permainan mereka yang skillful semakin manis dengan kehadiran vokalis powerful, Agis Kania. Bersama Agis Kania Satura membawakan jazz standard bertitel, “God Bless The Child” yang populer dibawakan oleh Billie Holiday. Dua lagu terakhir, Agis Kania amat bersemangat membawakan lagu sang legendaris, Stevie Wonder, bertitel “Sir Duke” dan “I Wish.”

    #67 Tesla Manaf

    Gitaris muda yang telah dikenal dan digemari di kalangan pemuda, Tesla Manaf, hadir bersama grupnya; Khrisna pada bass,  Desal Sembada pada drums dan Hulhul pada flute, clarinet, tarompet. Tesla Manaf quartet menarik perhatian para pengunjung dengan musik mereka yang eksperimental, bernuansa mistikal. Mereka membawakan karya-karya mereka sendiri; “Chin Up”, “Counting Miles and Smiles”, “Necrophilia”, “The Sweetest Horn”, dan “Where Are We Now?”.

    Tesla Manaf, sebagai musisi muda berbakat bersama grupnya ini akan membuat album yang akan dipayungi oleh Moonjune Records, sebuah perusahaan rekaman yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Kita tunggu saja albumnya bersama-sama.

    Di sela-sela penampilannya, Tesla berbagi CD Tesla Manaf ft, Mahagotra Ganesha (MGG ITB), grup Tesla yang lain yang bernuansa world music dengan pertanyaan- pertanyaan yang “konyol” dan semakin membuat riuh suasana House of Embargo.

    Eksplorasi musik yang original membuat para pengunjung betah mendengar dengan penuh perhatian apa yang mereka mainkan. Nuansa etnik berhasil disampaikan Tesa Manaf melalui tarompet yang dimainkan Hulhul.

    #67 Isola Jazz 2

    Penampil terakhir malam itu adalah Isola Jazz. Grup jazz muda yang berasal dari UPI ini sudah beberapa kali manggung di Klab Jazz. IlhamPamuji (alto saxophone), Galih Cahya (drum), Ilham Septia Inda Nugraha (bass), dan ditambah dengan hadir kembalinya Hulhul sebagai pemain tambahan, yang kali tampil memainkan gitar, mempersembahkan repertoar jazz bernuansa funk.

    Permainan solo drum dan gitar yang ritmis dan danceable membuat riuh suasana. Sebagai pengantar mereka membawa kita pada era 70-an, dimana Herbie Hancock mulai bermain funk, yaitu “Chameleon”. Dilanjutkan dengan “Lingus” karya Snarky Puppy, grup fusion yang sedang tenar sekarang ini. Selain itu mereka membawakan karya jazz standard, “My Favorite Things” dengan solo pada saxophone, dan diakhiri dengan “Nite Sprite” (Chick Corea) yang saat memasuki bagian solo drum yang powerful, kembali membuat riuh suasana House of Embargo malam itu.

    #67 Jam Session

    Sebagai penutup acara Sunday Jazz kali ini ada jam session yang dimeriahkan oleh para pianis muda yang sudah tidak asing lagi, Christ Stanley bersama beberapa teman-teman musisi jazz kota Bandung. Tampak hadir Bayu Kristanto, pianis yang bersama Tesla, serta grupnya Buy 3 Get 4 sempat meramaikan panggung-panggung Klab Jazz empat tahun yang lalu, sebelum “pensiun” dan lebih menyelami profesi formalnya sebagai bankir.

    Mereka membawakan beberapa jazz standard dengan permainan yang penuh eksplorasi, terutama pada solo piano dan gitar yang didukung dengan permainan yang solid dari bass dan drums. Jam session Klab Jazz hampir selalu sarat dengan nuansa straight-ahead/bebop sebagai roots permainan mereka yang digawangi oleh Christ Stanley.

    Pada pertemuan-pertemuan Sunday Jazz berikutnya, direncanakan jam session akan selalu diselenggarakan di penghujung acara.

    Menurut Dwi Cahya Yuniman, selaku founder Klab Jazz bagi para teman-teman musisi yang ingin bereksplorasi bersama, diharapkan untuk membawa instrumen musiknya masing-masing.

    Suasana House of Embargo sebagai mitra venue baru bagi Klab Jazz cukup riuh dengan tepuk tangan para penikmat jazz. Tempat yang cukup luas untuk event Klab Jazz, House of Embargo mewadahi para pengunjung dengan suasana yang nyaman dan betah untuk berlama-lama.

    ___________________________________________
    Tim Peliput: Andha KP, Sri Salya dan Yuni Salya
    Tim Fotografer: Fahmi Rahman Fuad & Mia Damayanti Sjahir
    Penyunting: Dwi Cahya Yuniman

    :: Liputan Sunday Jazz #61

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Arsip Klab Jazz