Catatan – Klab Jazz http://www.klabjazz.com Mon, 01 May 2017 06:10:47 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.3 Jazzay: Ulayatisasi Jazz (7) ~ Pesan http://www.klabjazz.com/jazzay-ulayatisasi-jazz-7.html http://www.klabjazz.com/jazzay-ulayatisasi-jazz-7.html#respond Fri, 14 Apr 2017 08:15:47 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=4116 Oleh: Tofan Rachmat Zaky Dalam musik bisa didapat sebuah pesan, dengan bahasa yang tak standar. Kenikmatannya bisa massal, namun dengan makna yang eksklusif, ter-alienasi. Begitu juga dengan jazz, apa pun definisinya, visi dan misinya, bahkan dalam masa keemasan yang pop, ia masih berjarak dengan massanya, ada pesan pembebasan yang kurang menjangkau kuantitas secara global, tersekat […]

The post Jazzay: Ulayatisasi Jazz (7) ~ Pesan first appeared on Klab Jazz.

]]>
Oleh: Tofan Rachmat Zaky

Dalam musik bisa didapat sebuah pesan, dengan bahasa yang tak standar. Kenikmatannya bisa massal, namun dengan makna yang eksklusif, ter-alienasi. Begitu juga dengan jazz, apa pun definisinya, visi dan misinya, bahkan dalam masa keemasan yang pop, ia masih berjarak dengan massanya, ada pesan pembebasan yang kurang menjangkau kuantitas secara global, tersekat dalam perjuangan, terhambat karena lawan-lawas, bahkan terbelenggu dalam konstruksi yang terbangun oleh penerima pesan sekunder…

***

Wacana diskusi di Bandung kali ini bersama Layar Kita dan Klab Jazz menampilkan film Ken Burns (Jazz, 2001), memaparkan satu bentukan naratif perkembangan musik jazz yang berhasil dikelola baik (dan manis) melalui fenomena yang disebut ‘di luar kotak’. Menyoroti Duke ellington dan Louis Armstrong sebagai yang-bukan tokoh pemikir, apalagi pergerakan, tetapi tindakan-tindakan alamiahnya berdasarkan makna survivalitas kaum hitam di Amerika, juga secara berlawanan memaknakan diri sebagai bangsa dunia tanpa sekat. Di wacana itu juga terlihat perkembangan musik jazz yang menampakkan satu perjuangan sopan dan baik, bahkan cenderung tak menggurui atau melawan. Mereka hanya membahasakan apa yang seharusnya budaya berperilaku dan berkembang untuk kebaikan umat manusia.

Bahasa Louis Armstrong adalah improvisasinya terhadap tradisi jazz dengan mencampur unsur vokal. Mungkin baginya instrumen musik memiliki bahasa tersendiri, namun manusia bisa saja berduet bersamanya, dalam rangka melepasi batasan ‘alienasi’ antara produk instrumen musik dan manusia sebagai pendengar dan penikmat. Duke Ellington pula memiliki definisi yang lebih jelas, bahasa musik menurutnya adalah ‘makna-makna’ yang berfungsi menghancurkan batasan penghalang supaya seluruh masyarakat menyatu. Ellington menafsirkan musik jazz tercipta untuk para dilettante’s, pribadi-pribadi pengagum seni namun tak berkemampuan (dari aspek keilmuan, bersifat awam dan tak terikat komitmen) dalam dunia seni, ditujukan kepada masyarakat plateau pada umumnya. Di sini ‘bahasa’ mereka tetap saja hanya medium pengantar pesan. Karena hal yang dituju bukanlah sinkretisme jazz, apalagi mengkultuskan ketokohannya, ditambah ada niat untuk absolutisme ‘bahasa’ itu sendiri sebagai ayat yang final. Ya, pengembangan tanpa henti, improvisasi sebagai kunci dinamika yang mereka sampaikan kepada masyarakat dunia.
Dan melalui bahasa tersebut, sampailah kepada kita sebagai bangsa nusantara yang ikut serta menerima dan mengembangkan jazz. perkembangan jazz di Indonesia memiliki percaturan yang tidak mudah. Budaya paman Sam ini diadopsi sebagai musik pembebasan. Musik yang dianggap ‘lain’ daripada musik penjajah Eropa, pertautan budaya kolonial yang telah bercokol lebih dari 500 tahun sejak kedatangan Portugis. Namun seakan inisiasi kemasukannya jazz segera ‘ditunggangi’ oleh sekelompok elitis lama, dengan tradisi kolonialisme, sehingga keterjangkauan visi-misi jazz tak tersampaikan? Atau ini rupanya akal-akalan jitu para musisi pribumi memasukkan jazz melalui keterbatasan fasilitas (cafe’ dan hotel) yang ada?
Bisa saja ada oknum yang ‘jahil’, yang merasa punya hak mewakilkan masuknya budaya barat ini. Melalui serah terima negara dari tangan si bangsa penjajah, mereka tetap berupaya menjaga tradisi (bahasa) persembahan musik jazz sebagai (sekedar) musik pengiring aktivitas sosialita. Padahal sampai pada era keemasannya (pop), jazz telah ditafsirkan sebagai lambang demokrasi, pengembangan dari musik pembebasan ke arah yang lebih universal, menjadi milik siapa pun. Ini yang terlihat jelas adanya kerusakan akibat dari tangan-tangan jahil tersebut. Kerusakan yang diistilahkan oleh Franz Fanon sebagai kerusakan pasca kolonialisme, kerusakan kepada tata moral, politik dan psikologi. Dan parahnya akibat kerusakan itu, diperlihatkan bahwa Jazz di Indonesia kembali “diperkuat” melalui kegiatan festival musik yang bernuansa lebih fame dan money oriented, jazz yang gaul dan hanya bisa dinikmati oleh segolongan yang mampu membeli tiket festival. Lebih dari padanya, tangan jahil tersebut mengenyahkan falsafah jazz di awal berdiri hingga sekarang, yaitu pembebasan dan demokrasi bagi golongan ‘bawah’. Lalu atas tujuan universalisme semu, ia mengenalkan jazz melalui bahasa jazz ala Indonesia kepada dunia. Sekali lagi, ini jebakan arsitektur budaya dalam pemahaman nasionalisme dangkal,…
Melalui persembahan musik simak Riza Arshad, proyek khusus Klab Jazz dan Layar Kita dalam upaya memasyarakatkan karya-karya almarhum Riza Arshad (1962-2017). Kali ini wacana yang terbangun antara komunitas-komunitas tersebut menampakkan satu pesan yang lebih kuat, dengan segala keterbatasan wacananya maka komunitas tersebut menerjemahkan bahasa yang lebih jelas, lebih dari bahasa musik, mengenai visi-misi seorang Ija ~panggilan ramah untuk almarhum Sjahriza Arshad~. Tidak ada maksud mengkultuskan pribadinya, karena bagi para sahabat komunitas, sosok Ija tidak ditempatkan sebagai inisiator (memulai) atau sang pelaku finalisasi. Karena ia ditempatkan sebagai sosok teman bicara yang ‘biasa’ saja, seorang teman yang ikut menyampaikan pesan jazz dari pendahulunya kepada pembarunya. Melalui obrolan ringkas bersama teman muda Ija yaitu Arnando (Nando) Putra, terlihat penekanan yang selama ini terkumpul dari sahabat-sahabat lainnya juga, penekanan pesan Ija tentang makna pengembangan kualitas musik dan karya, sifat egalitarian, tanpa menonjol sebagai pribadi yang menjadi superior atau inferior. Hidup dengan apa adanya. Ia tidak memaksakan melalui karya dan bahasa verbal atau bahasa artistik ala seniman semata. Karena dengan sabar, dan lebih dari 20 tahun ia berkarya serta masuk dalam pergaulan dan ‘bahasa’ teman-temannya yang lebih muda. Melalui rangkaian hubungan komunitas, lalu penegasannya tentang falsafah jazz ia tunjukan dengan cara kerja keras, tata-laku yang sewajarnya. Alhasil, pesan-kesan jazz melalui bahasa ‘Ija’ lebih mudah diterima ramah oleh banyak orang, walau karyanya sulit dicerna. Wasalam,…
Bekasi 14.4.2017 -untuk para penerima pesan alm. Riza (Ija) Arshad-

The post Jazzay: Ulayatisasi Jazz (7) ~ Pesan first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/jazzay-ulayatisasi-jazz-7.html/feed 0
Kelas Jazz http://www.klabjazz.com/kelas-jazz.html http://www.klabjazz.com/kelas-jazz.html#comments Fri, 10 Apr 2015 02:59:10 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=3575 Setelah sekian lama Klab Jazz lebih memusatkan kegiatannya pada “memasyarakatkan musik jazz” dan lima “misi” lainnya. Kali ini, bekerjasama dengan salah satu mitra venue Klab Jazz pertama di tahun-tahun awal berjalannya Klab Jazz; Selasar Sunaryo Art Space (dahulu masih bernama Selasar Seni Sunaryo), Klab Jazz akan menyelenggarakan sebuah program yang kami namakan Kelas Jazz, tidak […]

The post Kelas Jazz first appeared on Klab Jazz.

]]>
Logo Kelas Jazz
Setelah sekian lama Klab Jazz lebih memusatkan kegiatannya pada “memasyarakatkan musik jazz” dan lima “misi” lainnya. Kali ini, bekerjasama dengan salah satu mitra venue Klab Jazz pertama di tahun-tahun awal berjalannya Klab Jazz; Selasar Sunaryo Art Space (dahulu masih bernama Selasar Seni Sunaryo), Klab Jazz akan menyelenggarakan sebuah program yang kami namakan Kelas Jazz, tidak seperti program-program Klab Jazz lainnya, kali ini akan lebih menekankan pada program edukasi dan penyebar luasan pengetahuan dalam musik jazz; sarasehan (workshop/masterclass) dan diskusi akan menjadi dua titik utama.

The post Kelas Jazz first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/kelas-jazz.html/feed 1
Jazz Ohle PERDANA! http://www.klabjazz.com/jazz-ohle-perdana.html http://www.klabjazz.com/jazz-ohle-perdana.html#comments Sat, 10 Jan 2015 02:22:37 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2720 Bekerjasama dengan harian umum terbesar di Jawa Barat; Pikiran Rakyat, terhitung mulai Januari 2015 ini, Klab Jazz kembali akan menyelenggarakan sebuah program pertunjukan musik jazz kolektif yang kali ini akan bertajuk Jazz Ohle, nama yang “meminjam” nama maskot Pikiran Rakyat, Mang Ohle. Jazz Ohle akan diselenggarakan di halaman parkir depan Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat, […]

The post Jazz Ohle PERDANA! first appeared on Klab Jazz.

]]>
eFlyer Jazz Ohle

Bekerjasama dengan harian umum terbesar di Jawa Barat; Pikiran Rakyat, terhitung mulai Januari 2015 ini, Klab Jazz kembali akan menyelenggarakan sebuah program pertunjukan musik jazz kolektif yang kali ini akan bertajuk Jazz Ohle, nama yang “meminjam” nama maskot Pikiran Rakyat, Mang Ohle.

Jazz Ohle akan diselenggarakan di halaman parkir depan Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat, Jl. Asia Afrika, hanya beberapa langkah dari KM 0 kota Bandung.
Edisi pertama akan diselenggarakan pada;

Hari: Jumat
Tgl. 16 Januari 2015
Waktu: pkl. 18.30-22.00

Yang akan menampilkan;3tudiant
Agis Bape
Fabian
HWP dan
West Java Syndicate.

:: 3TUDIANT
– Tiurma Tizadya piano
– Ilham Septia Inda Nugraha bass
– Galih Cahya drums

3tudiant [baca: etudian(g)], adalah sebuah grup yang terdiri dari tiga pemusik alumni Seni Musik UPI, berdiri di bulan September tahun lalu, dan tampil pertama kali pada program Novo Jazz, walau saat itu di poster mereka “masih” tertulis dengan nama Isola Jazz, urung tampilnya Isola Jazz yang mendadak tidak memberikan waktu untuk merubah ‘bill’ di poster. Baru kemudian di Holijazz Nite bulan November 2014 mereka tampil dengan nama 3tudiant. “3” di sini, selain mewakili huruf ‘E’ juga memperlihatkan bentuk format mereka yang ‘3’ [trio].

:: AGIS BAPE
Agis Kania vocals
– Opik Bape guitar

Duo vokal-gitar Agis Bape didirikan khusus untuk meramaikan konser Duo Tone di akhir Agustus 2014 kemarin. Gaya bernyanyi Agis Kania yang kental dengan aksen soul dan blues ditambah gaya gitar “manouche/gipsy” Opik Bape, memperkaya khazanah format-format duo lainnya yang tampil saat itu. Dan gaya itu yang terus mereka pertahankan hingga saat ini.

:: FABIAN
– Fabian vocal & guitar
– Krisna AR bass
– Desal Sembada drums
– Charli S. guitar
– Iwan Popo keyboard
– Billy Ramdhani alto saxophone
– Chandra K percussion

Dengan diiringi oleh tim pengiring yang beberapa di antaranya juga biasa tampil di Klab Jazz, Fabian, vokalis pendatang baru kota Bandung berusia 23 tahun ini akan tampil memperkenalkan dirinya lebih jauh lagi ke khalayak pecinta musik jazz kota Bandung dengan vokal dan karya musiknya yang ‘beda’. Musik Fabian mungkin bukan jazz, namun balutan musik pengiring, aransemen yang melingkupi dipastikan akan terdengar akrab di telinga para peminat musik jazz.

:: HWP
Christ Stanley piano
– Gallang Perdhana Dalimunthe bass
– Edward Manurung drums

HWP adalah salah satu grup jazz kuat kota Bandung saat ini. Grup yang berdiri di tahun 2011 ini sebelumnya menuliskan namanya dengan Halfwhole Project dan telah banyak bermain di program-program Klab Jazz. Bila Halfwhole Project sebelumnya kadang berformasikan quartet dengan personil tambahan peniup saxophone, dalam HWP ini mereka berbulat tekad untuk hanya berformasikan trio dan telah bersiap diri untuk masuk dapur rekaman dengan karya-karya mereka sendiri.

:: WEST JAVA SYNDICATE
– Dede SP bass
– Ipin kendang
– Randy ‘Gevenk’ suling
– Yopie Nafis keyboard
– Zahar Mustilaq drums

West Java Syndicate awalnya adalah sebuah grup eksperimen yang mencoba memadukan elemen musik progresif modern; jazz, blues, rock dengan elemen tradisi Sunda. Mereka didirikan tahun 2011 dan sudah beberapa kali tampil di program-program Klab Jazz; Sunday Jazz dan Jazz Nagari.

The post Jazz Ohle PERDANA! first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/jazz-ohle-perdana.html/feed 2
Secuil RESOLUSI 2014 http://www.klabjazz.com/secuil-resolusi-2014.html http://www.klabjazz.com/secuil-resolusi-2014.html#respond Tue, 23 Dec 2014 02:21:35 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2709 Secuil Resolusi 2014. Jumat, 26 Desember 2014 Bober Cafe Tropica Jl. Sumatra no. 5 19.00 – 22.300 “Secuil Resolusi 2014”. Adalah program akhir tahun dari Klab Jazz untuk sekedar melongok kembali perjalanan Klab Jazz, beserta konsepnya di tahun 2014. Ini merupakan kelanjutan dari apa yg telah dimulai di thn 2004 dng tajuk Bandung Jazz Statement, […]

The post Secuil RESOLUSI 2014 first appeared on Klab Jazz.

]]>
BJS 2014 Web

Secuil Resolusi 2014.

Jumat, 26 Desember 2014 Bober Cafe Tropica Jl. Sumatra no. 5 19.00 – 22.300

“Secuil Resolusi 2014”. Adalah program akhir tahun dari Klab Jazz untuk sekedar melongok kembali perjalanan Klab Jazz, beserta konsepnya di tahun 2014.
Ini merupakan kelanjutan dari apa yg telah dimulai di thn 2004 dng tajuk Bandung Jazz Statement, saat utk pertama kali pemusik beragam perguruan tampil bersama unjuk kebolehan, juga saat pertama gagasan utk menampilkan beberapa grup tampil dalam satu pertunjukan, alih-alih hanya 2-3 grup, yg juga biasanya dikategorikan dng. “Penampil Utama, dan Grup Pembuka.”

Seyogianya “Resolusi” diselenggarakan setiap akhir tahun, tapi berhubung hampir semua konsep Klab Jazz tergantung keberadaan dari ada/tidaknya mitra, tidak serta merta bisa diselenggarakan.

Secuil Resolusi 2014 akan diramaikan oleh:

[konsep “Working Group”]:

:: 4 On 6
:: HWP
– Christ Stanley piano
– Gallang Perdhana Dalimunthe bass
– Edward Manurung drums

[konsep “Duo Tone”]:
:: Agis Bape
:: Gallia
:: Reo Richo

[konsep “Duo Logue”]:
:: Imam Pras & Boyke Priyo Utomo, “Play the music of Joe Henderson”.
:: Tesla Manaf & Hul Hul

The post Secuil RESOLUSI 2014 first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/secuil-resolusi-2014.html/feed 0
Jazz Dash http://www.klabjazz.com/jash-dazz.html http://www.klabjazz.com/jash-dazz.html#respond Fri, 17 Oct 2014 05:00:43 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2613 Tempat penyelenggaraan program Klab Jazz terbaru kali ini adalah sebuah cafe yang terletak di antara dua hotel; Aston dan Fave, di Jl. Cihampelas, bernama Root & Branch. Dalam perjalanan kegiatan penyelenggaraan pertunjukan yang diselenggarakan oleh Klab Jazz, peranan mitra venue sangatlah besar peranannya. Tercatat; The Cellar, Chillout, B. P. Bumi Sangkuriang, Potluck Coffeebar & Library/Kitchen, […]

The post Jazz Dash first appeared on Klab Jazz.

]]>
JD Teaser Web
Tempat penyelenggaraan program Klab Jazz terbaru kali ini adalah sebuah cafe yang terletak di antara dua hotel; Aston dan Fave, di Jl. Cihampelas, bernama Root & Branch.

Dalam perjalanan kegiatan penyelenggaraan pertunjukan yang diselenggarakan oleh Klab Jazz, peranan mitra venue sangatlah besar peranannya. Tercatat; The Cellar, Chillout, B. P. Bumi Sangkuriang, Potluck Coffeebar & Library/Kitchen, Ruang Putih, Dago Plaza, Plate for Me, Prime Cafe & Bistro, Sixty Meeting Point & Cafe, Siete Cafe.Resto pernah menjadi tempat Klab Jazz untuk menjalankan beberapa visi dan misinya. Ada yang hanya berjalan tiga episode, ada juga yang mencapai belasan episode.

Tapi yang terjadi terakhir dengan Novotel melalui Novo Jazz mungkin adalah penyelenggaraan “reguler” tersingkat selama ini. Hanya dua episode. Walaupun hal ini sudah diprediksikan sebelumnya bila diselenggarakan di hotel, tapi tetap memicu diri untuk mengevaluasi penyelenggaraanya.

Saat ini kegiatan Klab Jazz masih menyisakan Holijazz Nite di Holiday Inn Hotel, Bandung dan Groove Collective di Bober Cafe Tropica. Serta sebuah tempat yang akan menjadi tempat baru Klab Jazz mulai bulan Oktober ini; Root & Branch dengan program Jazz Dash.

Klab Jazz bersyukur telah diberi kesempatan mengisi di tempat-tempat tersebut di atas, dan terus meyakini bahwasanya masih akan selalu ada tempat bermain bagi Klab Jazz.

Tempat bermain Klab Jazz terbaru kali ini adalah sebuah cafe yang terletak di antara dua hotel; Aston dan Fave, di Jl. Cihampelas, bernama Root & Branch.

Management baru Root & Branch memutuskan untuk mencoba menyelenggarakan program musik reguler jazz, yang akan diselenggarakan di hari Rabu pertama dan ketiga setiap bulannya. Walau untuk edisi perdana bulan Oktober akan diselenggarakan di hari Rabu ke-empat, menimbang ada 5 hari Rabu di bulan Oktober ini.

Nama program barunya disepakati “Cihampelas Jazz Dash”, dengan sebutan singkatnya “Jazz Dash”, walau dengan gaya penulisannya terkesan tertulis “Jash Dazz”.

~ Dwi Cahya Yuniman

The post Jazz Dash first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/jash-dazz.html/feed 0
Duo Tone http://www.klabjazz.com/duo-tone.html http://www.klabjazz.com/duo-tone.html#respond Sat, 23 Aug 2014 04:09:54 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2450 Duo adalah bentuk kerjasama terkecil dari sebuah “kelompok” musikal. Yang dijadikan wahana pengungkapan musikal dan lirikal dua pelaku seni yang mencoba menerjemahkan musik dan lirik, baik karya standar jazz, standar soul, standar blues, standar pop maupun mandiri, kedalam harmoni kesatuan rasa dan warna keduanya. Duo Tone adalah sebuah program khusus Klab Jazz dalam merealisasikan konsep […]

The post Duo Tone first appeared on Klab Jazz.

]]>
Duo adalah bentuk kerjasama terkecil dari sebuah “kelompok” musikal. Yang dijadikan wahana pengungkapan musikal dan lirikal dua pelaku seni yang mencoba menerjemahkan musik dan lirik, baik karya standar jazz, standar soul, standar blues, standar pop maupun mandiri, kedalam harmoni kesatuan rasa dan warna keduanya.

Logo Duo ToneDuo Tone adalah sebuah program khusus Klab Jazz dalam merealisasikan konsep pendirian kelompok berformat duo dengan menggiring/mengajak/mengundang beberapa pemusik yang mempunyai latar belakang musikal kuat untuk mendirikan kelompok duo lengkap dengan spesialisasi yang sekiranya sesuai dengan kelompok bersangkutan, sehingga bisa memberikan ciri khas yang unik dan memberikan daya pikat tersendiri sesaat pertama dipertunjukkan ke hadapan audiens, melalui repertoar standar yang telah diseleksi terlebih dahulu, baik itu karya musik jazz, soul, blues maupun indie pop.
Latar Belakang

Dalam kegiatan penyelenggaraan Klab Jazz beberapa waktu ke belakang, kerap terjadi kelompok yang sebelumnya tampil menjanjikan, tidak menyanggupi undangan main berikutnya dikarenakan beberapa personilnya tidak bisa ikut tampil (karena terikat tampil bermain dengan kelompok lain yang lebih kuat, baik kelompok musik jazz, dan tidak sedikit bergabung dengan kelompok musik pop).

Menimbang personil yang “ditinggalkan” terlihat cukup kuat dalam kemampuan, akan teramat sayang kalau mereka tidak bisa tampil hanya karena merasa “bila tidak dalam format combo (plus drums, dan bass), akan sulit bagi mereka untuk berekspresi.”

Format Duo

Ketidaklengkapan instrumen pengiring seperti yang biasa ditemui dalam format combo, mendorong kedua personil untuk mengeluarkan kemampuan mereka secara optimal dan intense, terkadang tanpa jeda agar menghasilkan sebuah penyajian yang utuh dan penuh untuk mengisi kekosongan ruang akibat ketiadaan instrumen pengiring.

Repertoar

Dari sisi repertoar (pilihan karya), pada konsep Duo Tone digiring untuk membawakan karya klasik/standar yang dari sisi kualitas sudah diakui oleh waktu, namun tersisihkan oleh karya-karya populer kekinian yang lebih “assesibel” ke telinga khalayak musik umum. Khusus pada pilihan karya “male vocal jazz” dicoba ditampilkan karya–karya yang notabene “baru” dan “kekinian”, namun dengan jauh berkurangnya pemilihan karya-karya jazz (vocal) di radio-radio (inipun dengan asumsi pendengar radio masih signifikan), karya-karya seperti Jose James dan Gregory Porter kecil kemungkinan akan dikenal di ranah musik apresiasi Indonesia.

Secara garis besar, pada penyelenggaraan Duo Tone perdana akan ditampilkan empat kelompok karya; Cole Porter, Nina Simone, “Soul Jazz” dan “Male Jazz Vocal”

Membuka Peluang Bermain

Lebih daripada itu saat sekarang tidak sedikit ditemukan venue (cafe, resto, pertemuan, festival kecil) yang khusus meminta kelompok berformat kecil untuk tampil bermain di lingkungannya. Baik karena alasan ruang yang terbatas, derajat kebisikan yang dibatasi oleh lingkungan, dan terutama keterbatasan anggaran para pemilik venue.

The post Duo Tone first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/duo-tone.html/feed 0
Agis Kania http://www.klabjazz.com/agis-kania.html http://www.klabjazz.com/agis-kania.html#respond Wed, 18 Jun 2014 16:42:00 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2362 Agis Kania Kusumadewi vocal Sukabumi, 7 Agustus 1987 Klab Jazz pertama kali mendengar karakter suaranya saat ia tampil menemani Puspallia Panggabean di salah satu rangkaian program Starbucks Jazz Area di BIP, Bandung, pertengahan 2012. Undangan tampil sebagai salah seorang vokalis di program reguler Prime Time Jazz, di Prime Cafe Bandung, kemudian ia terima. Bukan sekali […]

The post Agis Kania first appeared on Klab Jazz.

]]>
Agis Kania Kusumadewi
vocal
Sukabumi, 7 Agustus 1987

Agis Fahmi DSC_7697Klab Jazz pertama kali mendengar karakter suaranya saat ia tampil menemani Puspallia Panggabean di salah satu rangkaian program Starbucks Jazz Area di BIP, Bandung, pertengahan 2012. Undangan tampil sebagai salah seorang vokalis di program reguler Prime Time Jazz, di Prime Cafe Bandung, kemudian ia terima. Bukan sekali tapi beberapa kali. Di sini pula ia memperkenalkan grup combonya, Sig A Spark. Awal tahun 2013 Sig A Spark pun diundang di acara Groove Collective di Plate for Me, di mana di antaranya ikut serta dua gitaris; Opik Bape dan Dede Arief Ginanjar, yang kemudian mendirikan duo gitar gypsy, Satura, yang kerap juga menampilkan Agis Kania sebagai featured vocalist.

Agis Kania Kusumadewi suka bernyanyi sejak kecil, dilatar belakangi kedua orang tua yang juga musikal. Rajin mengikuti lomba menyanyi; di TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Diikuti kemudian dengan belajar piano dan gitar pop secara otodidak saat berusia 13 tahun. Aktif dalam kegiatan musik di sekolah termasuk membuat band hingga ikut dalam paduan suara sekolah. Musik pop, r ‘n’ b, soul , sunda hingga rock, semuanya dipelajari secara otodidak. Pada tahun 2002 di sponsori oleh pemerintah kota Sukabumi, Agis sudah berkarya membuat lagu pop sunda bertema Sukabumi, diikuti kemudian sebuah karya pop r’n’ b; “Bila Ini Nyata”. Setelah sebelumnya sempat tampil sebagai penyanyi tetap di sebuah programa Bincang Malam di TVRI Jakarta, Agis akhirnya memutuskan untuk mengambil kuliah seni musik di UPI (2005), mengambil spesialisasi vokal, belajar piano klasik (wajib) dan vokal klasik (spesialisasi). Tidak cukup dengan itu, vokal tehnik keroncong, blues dan jazz pun dipelajarinya. Di UPI ini, ia pun berpartisipasi dalam kegiatan paduan suara UPI selama dua tahun.

#67 Satura & Agis 2
Sejak di UPI inilah ia kerap tampil di ruang-ruang publik sebagai  penyanyi dengan mengisi secara regular program-program musik akustik di cafe-cafe di kota Bandung; Rumah Nenek, Unique Café (Preanger), Billique Wine & Dine, Stone Café, Atmosphere Resort Café, Chillout Room, Congo, dan lain-lain, di antaranya bersama Setiagiri Agung dan almarhum Om Tula Samdjoen.

Beberapa proyek grup band pernah ia ikuti, di antaranya Fusiokustik (2008), sempat merilis 3 buah single, kemudian Fusionable, yang sempat meraih juara 2 kompetisi Band Sinzui area Bandung & Jabar. Bahkan grup keroncong PHK (Pemuda Harapan Keroncong) di 2009. Terakhir; APlus, quartet vokal yang sempat membuat album How I Feel dengan single “Call Me”.

Agis kerap juga diundang tampil dalam proyek-proyek album penyanyi lain, di antaranya bersama Ryan Valentinus di lagu “Aku-Kamu” (2010) dan menjadi penyanyi latar untuk Dira Sugandi untuk event Java Soulnation dan sempat tampil di Red & White Lounge (2013).

Selain aktif menyanyi, saat ini ia juga mengajar seni vokal di Gita Bawana dan paduan suara Apikes.

Photo: Fahmi Rahman Fuad

PORTOFOLIO

– Prime Time Jazz #02, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 2 November 2012
– Prime Time Jazz #03, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 16 November 2012
– Prime Time Jazz #05, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 7 Desember 2012
– Prime Time Jazz #06, “Jazz & Perempuan”, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 21 Desember 2012
– Sunday Jazz @ Plate For Me XIX, Plate For Me, Bandung, 27 Januari 2013 (Sig A Spark)
– Prime Time Jazz #09, “Jazz & Perempuan”, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 15 Februari 2013 (Sig A Spark).
– Prime Time Jazz #010, “Jazz & Perempuan”, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 15 Maret 2013
– Groove Collective #06, Plate For Me, Bandung, 22 Maret 2013 (& Satura)
– Fusion Flava #02, Sixty Meeting Point & Cafe, Bandung, 25 April 2013
– Jazz Meeting Point, Sixty Meeting Point & Cafe, Bandung, 3 Agustus 2013
– Monday Jazz Special, Bober Tropica, Bandung, 11 November 2013 (& Satura)
– Jazz Meeting Point, Sixty Meeting Point & Cafe, Bandung, 29 November 2013 (& Satura)
– Klab Jazz @ Margo Friday Jazz #06, Margo City Mall, Depok, 3 Januari 2014 (& Satura)
– Pre Event Kampoeng Jazz, Bober Tropica, Bandung, 20 Februari 2014 (& Satura)
– Kampoeng Jazz 6, Kampus Unpad Dipati Ukur, 3 Mei 2014 (& Satura)
– Sunday Jazz #67, House Of Embargo, Bandung, 27 Mei 2014 (& Satura)

________________

tweeter fb soundcloud

 

The post Agis Kania first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/agis-kania.html/feed 0
David Manuhutu http://www.klabjazz.com/david-manuhutu.html http://www.klabjazz.com/david-manuhutu.html#respond Mon, 16 Jun 2014 19:11:31 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2176 David Melchias Manuhutu piano Bandung, 1 Juni 1992 Putra sulung gitaris jazz kota Bandung, Venche Manuhutu ini mulai mempelajari piano sejak umur 5 tahun. Piano klassik ia pelajari bersama guru piano klassik ibu Lanny hingga kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, kemudian dilanjutkan dengan Steven Sulungan, salah seorang pianis klassik terbaik Indonesia. Sementara musik jazz ia […]

The post David Manuhutu first appeared on Klab Jazz.

]]>
David Melchias Manuhutu
piano

Bandung, 1 Juni 1992

David Manuhutu IMG_7953Putra sulung gitaris jazz kota Bandung, Venche Manuhutu ini mulai mempelajari piano sejak umur 5 tahun. Piano klassik ia pelajari bersama guru piano klassik ibu Lanny hingga kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, kemudian dilanjutkan dengan Steven Sulungan, salah seorang pianis klassik terbaik Indonesia. Sementara musik jazz ia mulai pelajari sejak kelas 6 Sekolah Dasar hingga kelas 3 SMP bersama Yahya Salam, yang kemudian dilanjutkan bersama Imam Pras (juga salah seorang pianis jazz terbaik Indonesia). Dan untuk konser ulang tahun pianis jazz legendaris Indonesia, Bubi Chen, David sempat memperoleh  bimbingan khusus.

Kendaraan ekpresi bermusiknya diantaranya David Manuhutu Trio (terutama bersama abang-adik Rudy Zulkarnaen-Arifandi), David Manuhutu Quartet (Bdg.), bersama saxophonist Boyke Prio Utomo/gitaris Edward Prasetya, Jazz Future Project (bersama pianis segenerasi, Yonathan Godjali), Bop Vivant, David Manuhutu Quartet (Jkt.) bersama Indrawan Tjhin/Donny Sunjoyo/Kevin Yousa, Elfa Zulham dan Indra Dauna/Johanes Radianto).

David Manuhutu pun adalah salah seorang personil dari grup Indonesian Youth Regeneration (bersama pemusik segenerasi yang di antaranya putra-putra pemusik jazz segenerasi di atasnya; Mus Mujiono, Cendy Luntungan, Venche Manuhutu). Salah satu prestasi grup ini adalah mendapatkan juara pertama medali emas untuk kategori grup musik, dan berhasil menyabet Grand Champion 2010 dalam kompetisi Singapore Performing Arts Junior Championship, pada International Kids Performing Festival.

Tahun 2010, adalah merupakan tahun-tahun yang menentukan bagi David yang baru saja menyelesaikan pendidikan dasar SMA. Tidak seperti anak-anak Indonesia lainnya yang sibuk dengan usaha mendaftarkan ke perguruan tinggi, David memutuskan untuk mendalami ilmu musiknya, tidak tanggung-tanggung, yang ia pilih adalah Berklee College of Music yang terletak di kota Boston, Massachussetts, Amerika Serikat. Proses aplikasi, menunggu konfirmasi dan mencari dukungan melalui bea siswa, dengan dukungan penuh sang ayah, ia jalani dengn penuh kesabaran.

Juli 2010, konfirmasi pun diterima, Mei 2011 David mulai menjalani masa pendidikannya di Berklee. Diantaranya mendapatkan instruktur pianis senior Joanne Brackeen tahu-tahu sudah menjadi pengajar di kelasnya, Danilo Perez memberinya workshop di masa liburnya, disusul kemudian dengan workshop di Berklee bersama pianis Aaron Goldberg di musim gugur 2012 dan beruntung direkomendasikan nama pengajar pribadi Goldberg; Stephany Tiernan. Nama-nama Greg Osby (alto saxophonist), Shannon Leclaire dan Hall Crook (yang pada masanya juga instruktur peniup trompet Roy Hargrove) , datang dan pergi mengasah dan mengajar minat David yang menggebu-gebu untuk belajar dan menjadi pemusik/pianis yang lebih baik.

Pertengahan Mei 2014 ini David Manuhutu pun berhasil menyelesaikan pendidikan untuk jurusan Music Performance.

 

David & Young Keyboard Masters
“David Manuhutu bersama para pianis muda harapan masa depan jazz Indonesia.”
(kiri-kanan; Christ Stanley, Sri Hanuraga, Adra Karim dan David Manuhutu, Mei 2014)

Photos: Mia Damayanti Sjahir, Dwi Cahya Yuniman


PORTOFOLIO

:: SPECIAL CONCERT
– Touch of 17 by David Manuhutu, Auditorium C.C.F., Bandung, 11 November 2009.
– The New Touch of David Manuhutu, B. P. Bumi Sangkuriang, Bandung, 26 September 2012.

:: David Manuhutu
– Jatinangor Jazz Event, Kampus Unpad Jatinangor, 23 November 2012

:: Bersama David Manuhutu & Friends
– Serambi Jazz, GoetheHaus, Jakarta, 11 Februari 2011.

:: Bersama BOP VIVANT
Arch Jazz, Student Center ITENAS – Bandung, 22 Desember 2007.
– Jakarta International Java Jazz Festival, JACC – Jakarta, 9 Maret 2008.
Road To Kampoeng Jazz, Graha Sanusi Hardjadinata, UNPAD – Bandung, 11 Mei 2008.
Jazz Break Revival I, Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang – Bandung, 9 April 2008.
Spice Jazz, Areal Parkir Gedung Sate – Bandung, 5 Juli 2008.
– Jazz Kemerdekaan “Independence Gen”, Café Halaman – Bandung, 24 Agustus 2008.
Solid Soul Of Jazz, Baraya Convention Center, Jatinangor Town Square – Sumedang, 29 Agustus 2008.
Jazz Ramadhan; “Joyfull Jazz-Joyfull Month” di Lapangan Parkir Utara kampus Universitas Padjadjaran, Jl. Dipati Ukur – Bandung, 19 September 2008.
Jatinangor Jazz Event, Lapangan Kopma UNPAD Jatinangor – Sumedang, 23 Oktober 2008.
Jazz Break Revival X, Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang – Bandung, 1 April 2009.

:: Bersama DAVID MANUHUTU TRIO
Jazz Ujung Timur, Jatinangor – Sumedang, 30 Juni 2007.
Sabuga Jazzfest For Freedom 2008,Sasana Budaya Ganesha – Bandung, 17 Agustus 2008.
Klab Jazz Road To Java Jazz 2009, B. P. Bumi Sangkuriang, 4 Maret 2009.
– Jakarta International Java Jazz Festival 2009, JACC – Jakarta, 8 Maret 2009.
Prime Time Jazz, Prime Cafe & Bistro, Bandung, 2 November 2012

:: Bersama JAZZ FUTURES PROJECT
Jazz Futures; “The Future Of Jazz Piano”, 24 Mei 2007, Aula Sanusi Hardjadinata, Universitas Padjadjaran.
Three Decades of “Jazz Goes To Campus” (Celebration of Inspirations), Kampus Universitas Indonesia – Depok, 18 November 2007.

________________
tweeter  fb  soundcloud

The post David Manuhutu first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/david-manuhutu.html/feed 0
Sekapur Sirih http://www.klabjazz.com/sekapur-sirih.html http://www.klabjazz.com/sekapur-sirih.html#comments Sun, 15 Jun 2014 16:46:12 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2281 fusion/smooth jazz Bandung, 2004 ~ 2013 Prasandhya “Sandhy” Astagiri Yusuf bass Lukman Agus drums Andreas “Andre” Nandiwardhana guitar Kandria “Keke” Kananta guitar Agung Dwi Prakarsa keyboard Bonar Noviasta guitar Diawali dari kesamaan minat terhadap musik jazz, di awal tahun 2004 Bonar, Sandhy dan Lukman yang tergabung dalam unit kesenian APRES ITB membentuk band Sekapur Sirih. […]

The post Sekapur Sirih first appeared on Klab Jazz.

]]>
fusion/smooth jazz
Bandung, 2004 ~ 2013

Prasandhya “Sandhy” Astagiri Yusuf bass
Lukman Agus drums
Andreas “Andre” Nandiwardhana guitar
Kandria “Keke” Kananta guitar
Agung Dwi Prakarsa keyboard

Bonar Noviasta guitar


Diawali dari kesamaan minat terhadap musik jazz, di awal tahun 2004 Bonar, Sandhy dan Lukman yang tergabung dalam unit kesenian APRES ITB membentuk band Sekapur Sirih. Sekapur Sirih yang berarti “kata pengantar” memiliki misi mengantarkan musik jazz yang easy listening bahkan bagi mereka yang awam terhadap aliran musik ini, tanpa mengurangi jiwa serta elemen jazz yang ada. Band ini memilih aliran instrumental fusion jazz dengan beat yang semangat!

Sekapur Sirih JJE

Ketika terbentuk formasi awal Sekapur Sirih adalah Bonar (gitar), Sandhy (bass), Lukman (drum), dan Andre (gitar). Setelah acara Pekan Jazz Priangan 2005, Rara (piano) ikut bergabung melengkapi band. Setelah itu beberapa musisi lain silih berganti berkolaborasi memeriahkan formasi: Lisa (vokal), Dimas (gitar), Fahri (gitar), Isti (accordion), Arief (sax), Rangga dan Pippi (vokal), Ardiles (violin), William (drums), Vero (sax), dan lain-lain.

Sekapur Sirih DSC_3466Pada akhir tahun 2006 kami bersedih karena harus berpisah dengan Bonar dan Rara. Kekosongan ini kemudian digantikan oleh Keke (gitar), dan Agung (keyboard) yang ternyata membawa warna dan nuansa baru di Sekapur Sirih. Formasi ini bertahan solid hingga 2013 ini.

Dalam perkembangannya, Sekapur Sirih memperoleh banyak masukan, binaan dan bimbingan dari Klab Jazz hingga malang melintang di dunia jazz. Mengambil bagian dalam berbagai acara, mulai dari kegiatan di lingkungan kampus seperti Ganesha Jazz Event 7 ITB, Parajazz UNPAR, Ganesha Musik Event 2 ITB, Musik Sore KM ITB, Pekan Jazz Priangan, Bandung Jazz Statement, Jazz Depot III RMHR, Jatingangor Jazz Event UNPAD, Kampoeng Jazz UNPAD, di banyak acara Klab Jazz lainnya – hingga menjadi pengisi acara event-event besar seperti Jakarta Fair 2006, JakJazz 2008, Java Jazz Festival 2007, 2008, 2009.

Sekapur Sirih formasi awal banyak diinspirasi oleh musik-musik dari Tohpati, Acoustic Alchemy, Lee Ritenour, dan Fourplay. Namun setelah Keke dan Agung bergabung, musisi yang banyak berpengaruh antara lain Dewa Budjana, Casiopea, T-Square, Mezzoforte. Ketika tampil di atas panggung, selain membawakan repertoire cover, Sekapur Sirih juga membawakan beberapa karya gubahan sendiri seperti “Alamanda (The Wild Flower)”, “So Long, Don’t Worry”, “Musician’s Life”, “Midnight”, “Nuansa”, “Jakarta-Bandung pp (via Cipularang)” serta lagu terbaru tahu 2013 yakni “7 Pagi” dan “It’s Complicated.”

posterWEB_sekapur-sirih-heimlo-kecilPada 15 Juni 2013 di Potluck Kitchen Bandung ini Sekapur Sirih memberanikan diri untuk membuat suatu showcase untuk merapel “come back”, “launching”, dan “farewell”nya dalam tajuk “Hello Goodbye!”. Menampilkan lagu-lagu cover yang pernah dan sering dibawakan, sebagai tribute untuk band dan musisi yang telah mempengaruhi Sekapur Sirih hingga saat ini.
Sesi ini dibagi dalam dua bagian: Journey 1 – masa awal-awal Sekapur Sirih, dan Journey 2 – masa setelah bergabungnya Keke dan Agung. Selain lagu cover, Sekapur Sirih juga menampilkan karya-karya mereka sendiri, tentunya.

“Hello Goodbye!” adalah sebuah pembuktian kecintaan dan keinginan para personel Sekapur Sirih untuk berkarya dan terus berkreasi bersama dalam jazz. Akankah menjadi cerita penutup? Akankah Sekapur Sirih berlanjut?

PORTOFOLIO

1. Ganesha Jazz Event 7, ITB, Bandung, 18 Februari 2005.
2. Gerbang Jazz UNPAD, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 28 Mei 2005.
3. Jendela Jazz, Jendela Ide/Deutsche Schule, Bandung, 24 September 2005.
4. Friday Nite Jazz, The Cellar, Bandung, 30 September 2005.
5. Jazz Ramadhan, Cihampelas Walk, Bandung, 19 Oktober 2005.
6. Para Jazz II, Café Lumbung Padi, Bandung, 2 Desember 2005.
7. Bandung Jazz Depot II, Rumah Musik Harry Roesli, Bandung, 30 April 2006.
8. Ririungan Jazz, Sky BizCafé, Bandung, 20 November 2006.
9. Jazz Alia, Prefere 72, Bandung, 10 Februari 2007.
10. Jakarta International Java Jazz Festival 2007, JACC, Jakarta, 4 Maret 2007
11. Ganesha Music Event, Dago Tea House Indoor, Bandung, April 2007.
12. Rhapsodia Jazz Academica “Bandung Jazz Statement”, Graha Sanusi Hardjadinata, UNPAD, Bandung, 5 September 2007.
13. Jazz Ngabuburit, SMA 2, Bandung, 28 September 2007.
14. Jazz Depot III, Rumah Musik Harry Roesli, Bandung, 24 Februari 2008.
15. Jakarta International Java Jazz Festival, JACC, Jakarta, 47 Maret 2008.
16. Road To Kampoeng Jazz, Graha Sanusi Hardjadinata, UNPAD, Bandung, 11 Mei 2008.
17. Jazz Break Revival, Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Bandung, 9 April 2008.
18. ITJazz Live Music 3, Selasar Kantin Kebab, ITB, Bandung, 17 Oktober 2008.
19. 40th Anniversary Radio Mara, Radio Mara Bandung, 18 Oktober 2008.
20. Jatinangor Jazz Event, Lapangan Kopma UNPAD Jatinangor, Sumedang, 23 Oktober 2008.
21. JakJazz 2008, Community Stage – Gelora Bung Karno, Jakarta, 29 November 2008.
22. Jakarta International Java Jazz Fetival 2009, JACC, Jakarta, 7 Maret 2009.
23. Kampoeng Jazz 2009, Graha Sanusi, UNPAD, Dipati Ukur, 31 Mei 2009.
24. Sunday Jazz, Potluck Coffee Bar & Library, Bandung, 2 Mei 2010.
25. Kampoeng Jazz 2010, Graha Sanusi, UNPAD, Dipati Ukur, 8 Mei 2010
26. Sunday Jazz XVII, Potluck Kitchen, Bandung, 27 Februari 2011.
27. Margo Friday Jazz, The Old House Coffee, Margo City Mal, Depok, 27 Mei 2011.
28. Hello Goodby!, Potluck Kitchen, Bandung, 15 Juni 2013.

________________

tweeter fb

The post Sekapur Sirih first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/sekapur-sirih.html/feed 3
Liputan Sunday Jazz #68 http://www.klabjazz.com/liputan-sunday-jazz-68.html http://www.klabjazz.com/liputan-sunday-jazz-68.html#respond Fri, 13 Jun 2014 01:52:49 +0000 http://www.klabjazz.com/?p=2003 Bandung, House of Embargo, 8 Juni 2014. David Manuhutu feat. Grace Sahertian, E. I. P., Iman Brata Trio, OQ & Friends, Routes 21. Oleh: Galant Yurdian Akhirnya Sunday Jazz ke-68 kembali diselenggarakan di House of Embargo pada Minggu malam, 8 Juni 2014 lalu, setelah 2 minggu sebelumnya penyelenggaraan Sunday Jazz #67 juga diselenggarakan di tempat […]

The post Liputan Sunday Jazz #68 first appeared on Klab Jazz.

]]>
Bandung, House of Embargo, 8 Juni 2014.
David Manuhutu feat. Grace Sahertian, E. I. P., Iman Brata Trio, OQ & Friends, Routes 21.

Oleh: Galant Yurdian

Header

Akhirnya Sunday Jazz ke-68 kembali diselenggarakan di House of Embargo pada Minggu malam, 8 Juni 2014 lalu, setelah 2 minggu sebelumnya penyelenggaraan Sunday Jazz #67 juga diselenggarakan di tempat ini, dan merupakan penyelenggaraan perdana Klab Jazz di tempat ini.

Acara dimulai saat jam 19.30 dan dibuka oleh E.I.P., jazz rock trio yang terdiri atas Evan Natanael (drum), Muhammad Ilham (bass) dan Ipung Permadi (gitar). Iya. Nama band ini berasal dari inisial nama panggilan ketiganya: Evan, Ilham dan Pung. Performance mereka malam itu cukup seru.  Evan dengan permainan drum-nya asik dan ciamik, Ilham dengan cabikan bass dibantu oleh efeknya yang begitu mengisi dan Pung yang begitu kalem tanpa ekspresi dan terlihat terlalu fokus dengan gitarnya. Sayang hanya 3 lagu saja yang mereka bawakan dalam format instrumental, dari meng-cover free-jam-nya Larry Carlton,  “Lucky 7”-nya Dennis Chambers, Victor Wooten dan Greg Howe, dan terakhir lagu mereka sendiri, “Fusion Ground”.

Routes IBT

Aksi ke-2 dilanjutkan oleh Routes 21, pop jazz band yang terbentuk dari awal 2013 yang terdiri atas Rosy Anindya (vokal), Dave Adiwianto (drum), Denise Julia Adiwianto (bass), Zitro Alviotti (saxophone), Gerson Valdo (keyboard) dan seorang gitaris additional. Mereka meng-cover 6 lagu dengan aransemen yang chill, seperti “Mind Trick”-nya Jamie Cullum, “Closer”-nya Corinne Bailey Rae, “Aku dan Hadirmu”-nya Barry Likumahuwa Project,  “Jangan Memilih Aku”-nya Anang, “Moody’s Mood For Love”-nya George Benson dan “Malam Biru”-nya Sandhy Sondoro. Karena membawakan beberapa lagu populis dalam aransemen lain sehingga menarik penonton untuk ikut bernyanyi. Nice!

Aksi ke-3 malam itu tidak kalah seru. Ada Imam Brata Trio, jazz rock progressive trio yang terdiri dari Abank Kramadibrata (gitar vokal), Ade Kramadibrata (drum) dan Gabriel Surya (bass).  Membuka performance mereka dengan lagu sendiri, “Menanam Padi” dan dilanjut dengan meng-cover “Summer Romance (Anti-gravity Love Song)”-nya Incubus dengan format instrumental. Lalu Abank sempat bernyanyi saat membawakan lagu “Change The World” milik Eric Clapton. Selesai langsung dihajar dengan “Tipatina’s”-nya Mike Stern yang begitu nge-funk. Aksi mereka sangat atraktif dan dan bisa dibilang paling nge-rock di antara pengisi lain. Ade sempat terlihat beberapa kali memejamkan mata dari balik set drum saking enjoy-nya. Haha. Dan akhirnya lagu “Rock Camp” milik Tohpati Bertiga dipilih untuk menutup aksi klimaks mereka malam itu.

OQ EIP

Selesai Imam Brata Trio, penonton semakin ramai. Mereka tampak tidak sabar menanti pengisi berikutnya yang paling ditunggu malam itu. Ya. Ada David Manuhutu yang selama ini dikenal sebagai pianis bintang muda jazz Indonesia yang baru pulang dari Berklee College of Music, Amerika Serikat. David tidak sendirian. Malam itu dia ditemani oleh Grace Sahertian (vokal), Topan Abimanyu (gitar), Taufik Eka (bass) dan Fuad Rudyan (drum). Untuk beberapa penikmat musik lokal nama-nama ini mungkin sudah tidak begitu asing di telinga.

Begitu selesai men-set gear masing2 yang lumayan menghabiskan ruang di atas panggung, David and the gangs membuka aksi mereka dengan “My Cherie Amour” milik Stevie Wonder. Di awal sedikit ada kesalahan teknis dimana sound keyboard David sedikit pecah di sound keluar, drum Fuad (terutama snare) terdengar terlalu dominan dan vokal Grace seakan “termakan” oleh semua instrumen. Begitupun saat mereka membawakan lagu ke-2, “Gonna Be Alright (F.T.B.)”-nya Robert Glasper Experiment. Namun akhirnya sound terdengar lebih blend begitu mereka membawakan lagu ke-3, “Free Your Dreams” milik Snarky Puppy. Aksi mereka yang sangat atraktif dan memukau membuat penonton tidak terlalu menghiraukan hal itu. Penonton lebih konsen mengangguk-anggukan kepala mengikuti groove band ini. Asik! Performance mereka yang begitu soulful ini ditutup dengan lagu “Afro Blue” karya Mongo Santamaria, namun populer di dunia jazz melalui aransemennya John Coltrane. Versi yang dibawakan David malam itu adalah aransemen terbaru Robert Glasper feat. Erykah Badu yang disambut dengan tepuk tangan penonton yang begitu meriah. Asik!

David Manuhutu Mia

Begitu David Manuhutu and friends turun panggung, pengisi terakhir mulai naik. Mereka adalah OQ & Friends, trio straightahead yang terdiri dari Okki Jatikusumah (gitar), Albert Suriadi (drum) dan Ferry Herianto (bass). Meskipun Albert membawa set drum sendiri, persiapan mereka bisa dibilang yang paling cepat. Tanpa banyak bicara, “Bad Sound Blues” milik mereka sendiri langsung membuka performance mereka yang kemudian dilanjutkan dengan meng-cover “Have You Met Miss Jones”. Alunan swing jazz mereka seakan menjadi cooling down bagi penonton setelah sepanjang acara dijejali oleh musik yang full groove. Lalu mereka membawakan “I Love You” milik Cole Porter. Begitu mereka membawakan “Yardbird Suite” milik Charlie Parker, Okky dan Ferry sempat tersenyum bareng padahal jari mereka sedang sibuk degan instrumen masing-masing. Aksi mereka ditutup dengan lagu sendiri yang berjudul “Ilang Hape” yang menutup acara Sunday Jazz malam itu.

Acara Sunday Jazz selesai dan semua pengisi acara sudah tampil bukan berarti keseruan malam itu selesai. Karena selalu ada jam session di setiap pasca-acara. Setiap orang, baik pengisi maupun penonton, dibebaskan untuk naik ke atas panggung dan jamming bareng. Dan pada malam itu ada Christ Stanley pada keyboard, David Manuhutu pada gitar (iya, dia megang gitar), Hajar pada gitar, Hizkia pada bass dan Albert yang masih belum turun dari stage tetap pada drum. Mereka jamming dengan lagu-lagu jazz standards seperti “There is No Greater Love” ciptaan Isham Jones dan “Straight no Chaser” ciptaan Thelonious Monk.

Sunday Jazz #68 Slide

Setelah itu David, Hajar dan Hizkia turun panggung digantikan oleh Arif Ginandjar (Satura), Okky dan Ferry. Jadinya seperti OQ & Friends feat. Arif dan Stanley. Haha. Mereka jamming dengan lagu “Blue Bossa” ciptaan Kenny Dorham.

Selesai dengan komposisi “Blue Bossa”, Albert dan Stanley turun, lalu Joo Yang naik memainkan drum. Mereka jamming dengan lagu “All The Things You Are” ciptaan Jeromen Kern. Dan lagu ini menutup jam session malam itu.

Minggu malam dengan jazz itu menyenangkan sekali bukan?

___________________________________________
Penulis: Galant Yurdian tweeter

Penyunting: Dwi Cahya Yuniman
Foto: Mia Damayanti Sjahir & Dwi Cahya Yuniman

:: Liputan Sunday Jazz #67
:: Liputan Sunday Jazz #61

The post Liputan Sunday Jazz #68 first appeared on Klab Jazz.

]]>
http://www.klabjazz.com/liputan-sunday-jazz-68.html/feed 0