• Jazz Nagari

    Pemusik berbasis sekolah musik resmi “sekolahan”  di Bandung yang kemudian mendalami seni musik jazz, baik dari UPI(Universitas Pendidikan Indonesia)  maupun STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia), atau sekolah musik negri lainnya, tak terelakkan akan membawa terus ilmu seni musik tradisi lokal mereka (karawitan Sunda), yang merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari, dan disadari atau tidak akan terus “mempengaruhi”, langsung atau tidak langsung, gaya permainan mereka dalam bermusik.

    Seni musik jazz yang “informal” dan terkesan “bebas” dan penuh “advontur” seringkali banyak menarik minat para pemusik di atas untuk dicoba untuk dimainkan, lengkap dengan instrumentasi “tak lazim” dalam musik jazz; kendang, saron, gamelan, kecrek, angklung, karinding, dll.

    Musik tradisional modern kita, sudah sejak lama berhasil menjadi musik komoditi (baik seremonial maupun hiburan) di negara-negara pangsa turisme Indonesia. Beberapa di antara dari mereka sudah cukup dikenal di luar sana, mempersembahkan paduan seni musik tradional dan modern. Itu bisa kita lihat dari keberhasilan grup-grup seperti Samba Sunda, Saratus Persen, dll.

    Sementara di tengah komunitas pemusik jazz, grup-grup jazz yang mulai mengadopsi elemen-elemen tradisi mulai bermunculan. Krakatau dan Simak Dialog adalah dua contoh utamanya. Dari teman-teman Klab Jazz pun saat sekarang juga sudah lahir kelompok musik sejenis, sebut saja Tesla Manaf with Mahagothra Ganesha.

    Sudah hampir 9 (sembilan) tahun Klab Jazz berjalan, dan hingga saat ini belum pernah menyelenggarakan secara khusus pertunjukan musik yang lintas genre dengan seni musik tradisonal/daerah. Ini, di samping kemampuan yang tidak dimiliki, talent musk jazz-etnik pun belum banyak ditemukan, juga lebih dikarenakan Klab Jazz pun masih berkonsentrasi memasyarakatkan musik jazznya. Walau konsep “Bandung Jazzthetique” yang ada dalam coretan-coretan pribadi sang Koordinator Klab Jazz telah dimulai sejak tahun 2005.

    Dengan berjalannya waktu, khususnya beberapa bulan terakhir, minat/kecenderungan untuk bermain musik; kelompok jazz yang bernuansakan etnik, atau kelompok etnik yang mulai meramu musiknya dengan unsur-unsur yang biasa ada dalam musik jazz, mulai tumbuh dan mulai sering terdengar.

    Konsep Bandoeng Jazzthetique di atas, setelah melalui beberapa  waktu proses pencarian nama yang dinilai lebih ideal, lebih “nyunda” atau “lokal”, resmi berubah menjadi Jazz Nagari)

    Saatnyalah untuk menyelenggarakan JAZZ NAGARI “Jazz-Jazz Etnik-Etnik”.

    Semoga berkenan, dan memperoleh tempat di tengah-tengah hati para pecinta musik pada umumnya.

    DCY.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Arsip Klab Jazz